Barisanbaru News (Tapanuli Selatan)
Beberapa pedagang buah salak di Dusun Satu Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan , sangatlah mengeluh semenjak era Pandemi Covid 19.Seperti diketahui,wabah pandemi covid 19 mendera dan meluluh lantakkan segala sektor lini kehidupan.Termasuk Pedagang buah salak juga merasakan imbasnya.
Seperti yang dialami oleh Awaluddin Harahap (43 tahun) warga Desa Parsalakan,Awaluddin yang telah berkeluarga ini bekerja sehari – hari nya hanya sebagai pedagang dengan pendapatan yang pas-pasan sudah menekuni usaha kecilnya seperti berjualan salak dan jajanan di rumahnya kurang lebih 15 tahun lamanya yakni semenjak tahun 2005 hingga sekarang,akan tetapi menurut pengakuannya penjualan yang paling minim adalah pada era wabah pandemi covid 19 ini.
Ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (13/02/21) Awaluddin Harahap mengatakan Semenjak tahun 2005 hingga sekarang usaha yang saya tekuni adalah petani sekaligus pedagang buah salak.Seterusnya belum pernah saya mengalami masa sulit seperti ini.Selama ini saya tidak pernah mengeluh terkait hal ini ungkapnya.
Ada pun luas kebun saya yang hanya berukuran seadanya dan hanya terdiri dari beberapa pokok batang salak saja,sebelum pandemi cukup membutuhi roda bahtera kehidupan Dan bahkan pasokan dagangan salak sering kurang dan solusinya saya beli dari toke untuk memenuhi pasokannya lanjut beliau.
Mirisnya,Semenjak era pandemi melanda usaha yang saya tekuni drastis menurun incomenya.Jangankan untuk menambah pasokan salak dari yang lain,sedangkan pasokan buah salak dari kebun saya yang tidak seberapa pokok buah salaknya saja tidak habis terjual katanya.
Saya berharap ada perhatian pemerintah terhadap kami pedagang kecil yang terkena imbas pandemi,kiranya instansi terkait agar dapat membantu dan membimbing pedagang agar bisa bangkit dan perekonomiannya kembali pulih tandasnya.
Senada dengan Awaluddin,Kaharuddin Harahap (62 Tahun) warga Desa Parsalakan mengatakan petani salak dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan pendapatannya,dan yang paling parah adalah dimasa covid 19 ini ujarnya.
“36 tahun saya berkecimpung sebagai petani salak dan hanya itu yang bisa saya lakukan,Alhamdulillah bisa menopang kehidupan rumah tanggaku.Namun dijaman sekarang kesulitan mulai terasa”, ucapnya.
Beberapa tahun silam penghasilan buah salak dari kebun masih bisa diharapkan untuk keberlangsungan hidup,namun sekarang kami tidak bisa berharap lebih penyebabnya tentu hama yang terus menerus mengancam pokok buah salak.Dan yang terpenting,sepinya minat pasar terhadap buah salak akibat lumpuhnya perekonomian secara global tuturnya.
Harapan saya tentunya tidak terlalu muluk-muluk yakni berharap terhadap pemerintah membimbing dan membina kami petani salak untuk memberikan solusi mengantisipasi hama kebun salak yang semakin mengkhawatirkan dan tentunya kepada sang pencipta kita berdoa agar kiranya wabah pandemi Covid 19 ini cepat berakhir tutupnya. (AHN)