SIANTAR – BarisanBaru.com
Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pematangsiantar gelar Dialog Keummatan Generasi Muda Islam Menghadapi Pilkada Serentak 2024 di aula MUI Pematangsiantar, Jalan Kartini, Minggu (06/10/2024).
Ketua Panitia, Al Ustadz Narimo melaporkan, peserta terdiri dari berbagai organisasi kepemudaan dan mahasiswa Islam dari Pematangsiantar.
Turut dihadiri Ketua Dewan Pembinaan MUI Pematangsiantar, H Rafii Nasir.
Nara sumber, Drs H Palit Muda Harahap MA, Ketua Komisi Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Sumatera Utara dan Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pematangsiantar, Drs H Abdul Rasid Nasution.
Ketua MUI Pematangsiantar Drs H M Ali Lubis yang membuka acara dialog mengatakan, Pilkada khususnya di Pematangsiantar diharap berlangsung aman dan kondusif seperti masa sebelumnya.
“Mari kita mengajak umat untuk memberikan hak suara pada Pilkada yang akan berlangsung 27 November 2024. Karena, Pilkada bukan untuk agama Islam saja, tetapi untuk semua agama yang ada. Jangan ada gesek-gesekan di antara sesama umat beragama karena Pilkada,” katanya.
Dijelaskan, Islam memiliki prinsip Ukhuwah Islamiyah yang pada dasarnya menegaskan bahwa sesama Muslim bersaudara. Ukhuwah Wathaniyah, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saling menghormati, tidak menyakiti atau mengusik umat beragama lain.
Terakhir, Ukhuwah Basyariyah atau Ukhuwah Insaniyah sebagai prinsip yang dilandasi bahwa sesama manusia bersaudara.
“Terlepas dari status agama, suku bangsa, kita harus menghormai bangsa lain,” kata Drs H M Ali Lubis.
Sementara, Drs H Palit Muda Harahap MA memaparkan, MUI merupakan tenda besar umat Islam tempat para ulama, cendikia dan para tokoh untuk menyelesaikan masalah umat Islam. Tetapi, tidak mencaci orang yang berdoa kepada selain Allah SWT.
Dijelaskan, dengan prinsip Ukhuwah Wathaniyah, MUI berada di tengah-tengah. Tidak terlalu ke kanan atau kekiri karena perbedaan suatu kepercayaan harus dihargai.
“Soal siapa yang dipilih pada Pilkada, jangan tanya saya. Tapi, siapa yang ada dihati kecil anda, itulah dia dan bagi yang beriman, menjadikannya sebagai suatu ibadah. Pilkada, harus berlangsung damai,” kata,” kata H Palit Muda Harahap.
Disinggung tentang politik uang yang sepertinya tidak bisa dihilangkan. Tetapi dapat dirasakan dan benar terjadi. “Kalau Pilkada dimenangkan dengan mengutamakan uang, selesailah kita,” ujarnya.
Dijelaskan juga, sebelum Pilkada, masyarakat khususnya umat Islam bisa membeli beras dan tidak kelaparan. Lantas, mengapa saat ada Pilkada mengharapkan uang? “Padahal, tanpa diberi uang oleh calon, kita tetap bisa makan,” imbuh H Palit Muda yang juga menegaskan, kalau melapor soal politik uang ke Bawaslu, dianggap merepotkan.
Nara sumber lainnya, Drs H Rasyid Nasution mengatakan, masyarakat harus cerdas menghadapi Pilkada Serentak 2024. Karena, salah memilih pemimpin, konsekuensinya berdampak pada lima tahun ke depan.
Namun, meski secara pribadi tidak ikut politik praktis, umat Islam harus paham dengan politik. Sedangkan issu agama pada Pilkada dikatakan memang sensitif. Namun demikian, pemuda harus aktif menjaga kerukunan untuk saling menghargai meski ada perbedaan.
Melalui dialog tersebut, dialog yang berlangsung antara peserta dengan nara sumber, berlangsung komunikatif. Kemudian, muncul kesepakatan bersama agar Pilkada Serentak 2024 berlangsung damai. (iw)