UIN-SU Gelar Webinar Satu Tahun Kepemimpinan Prof. Syahrin Harahap

Mebidang378 Dilihat

Medan,barisanbaru.com

Muhammad Azhari Marpaung selaku presiden mahasiswa UIN-Su Medan hadir dan sebagai pembicara/pemateri yg pertama,
menyampaikan:
Setahun kepemimpinan Prof. Syahrin Harahap dalam menakhodai kapal besar UIN Sumatera Utara, sebenarnya diibaratkan cuma pergantian nakhoda saja bukan, pergantian arah berlayarnya. Kenapa bisa kita sampaikan begitu, karna dari sejak dilantik sampai dengan hari ini, Prof Syahrin hanya sekedar melakukan ceremony pengesahan beberapa bangunan, beberapa program yang ada di era sebelumnya, bukan pada orisinalitas buah pemikiran Prof. Syahrin dan para Asistennya. Kita tidak tau apakah, buah fikir dari asistennya tidak dapat diterima karna tidak sesuai dengan keinginan sang nakhoda atau kegengsian dari sang nakhoda menerima buah fikir dari anggotanya. Dilihat dari kacamata eksternal UIN yang sekarang tidak lagi sebagai institusi islami yang sedikit “sakral” karna berlabel kan agama. Banyak dinamika didalamnya dari mulai skandal pidana dll. Harusnya ini jadi pelecut Prof. Syahrin dan para Asistennya untuk lebih giat lagi memperbaiki citra UIN, bukan malah terjerembab dijurang yang sama. Kita tau bahwa proses politik lah yang menjadikan Prof. Syahrin seperti sekarang, tetapi untuk kebaikan dan kemajuan UIN selanjut, bisa dikotomi kan antara institusi akademis dengan politik. Jangan institusi yang melahirkan banyak akademisi-akademisi ini lebih mendahulukan hutang politik dibanding kemajuan institusi. Banyak hari ini tokoh-tokoh akademisi UIN yang mumpuni dibilangnya, sebut saja Dr. Ansari Yamamah salah satu alumni UIN dan juga alumnus Leiden yang mumpuni dalam bidang sosiolog, Prof. Amroeni Drajat yang buah pemikirannya dikenal oleh kalangan luar. Dan masih banyak lagi.
UIN dalam sejarahnya dikenal sebagai kampus penghasil “tukang do’a” maka dari itu dengan perkembangan zaman yang sangat pesat ini jangan lagi kita berpikir se-kontemporer itu. Hari ini UIN-SU adalah kampus islama negeri peringkat pertama peraih penghargaan internasional terbanyak di Indonesia. Baiknya kita bangga dengan, berarti UIN-SU sudah mampu untuk lahir bukan hanya sebagai kampus tukang do’a tapi juga kampus yang diminati keberadaannya di tengah masyarakat.
Dengan tagline “Wahdatul Uluum” yang disematkan Prof. Syahrin, tagline ini sangat luar biasa, dari nuansa sufistiknya terasa sekali. Karna dapat diartikan secara harfiah, UIN-SU adalah gudangnya ilmu yang memiliki output menghasilkan alumni yang berpikir luas (ulul albab). Artinya UIN-SU mampu menjawab tantangan zaman. Namun, seperti yang kita amati sekarang jangankan untuk menjadi gudangnya ilmu, bahkan untuk membangun peradaban literasi yang terintegrasi saja kita belum siap, jangankan itu, untuk mengisi buku-buku di perpustakaan saja kita masih belum mampu. Namun diluar dari kelemahan dari setahun kepemimpinan Prof. Syahrin mari kita sama-sama memberikan masukan dan kritikan yang membangun guna kemajuan UIN-SU kedepannya. Seperti kata Gramsci “ Pesimisme boleh menguap. Namun Optimesme tak boleh lenyap”. Mari sama-sama kita merangkul tokoh-tokoh yang mampu melahirkan buah fikir yang baik untuk UIN-SU, mari kita kumpulkan buah fikir tersebut agar dapat dijadikan pandangan bila perlu role model perkembangan dan kemajuan UIN-SU kedepannya.

Webinar dengan tema refleksifitas satu tahun kepemimpinan Prof. Syahrin Harahap sebagai rektor UIN-SU

Syahnan Afriansyah Wakil Presiden Mahasiswa UIN-SU hadir sebagai pembicara ke dua, menyampaikan bahwa hadirnya Prof Syahrin sebagai Rektor belum membawa perubahan signifikan terhadap pembangunan kampus.

“Kami melihat belum ada terobosan yang diambil Rektor UIN-SU saat ini guna menjawab segala persoalan dan pekerjaan rumah yang ada dikampus, apalagi saat ini kampus kita tengah diterpa isu miring persoalan jual beli jabatan”.

Lebih lanjut Syahnan juga menuturkan kalau permasalahan UKT masih menjadi pokok persoalan yang mendasar bagi adik-adik mahasiswa baru, ini artinya Rektor belum melakukan perbaikan proses seleksi UKT, terus persoalan pemotongan atau keringan UKT bagi mahasiswa ditengah pandemi Covid saat ini juga menjadi permasalahan baru kalau kebijakan kampus dinilai belum berpihak dengan mahasiswa, kami menilai bahwa proses pengajuan serta persyaratannya belum pro aktif kepada mahasiswa, penginformasian yang dilakukan pihak kampus belum maksimal terkesan ini disengaja serta persyaratan yang dianggap masih terlalu mempersulit mahasiswa, belum lagi persoalan dinamika ormawa internal kampus dalam hal ini HMJ, DEMA dan SEMA Fakultas se-UIN SU yang masih didapati persoalan ada HMJ, DEMA, SEMA Fakultas yang masih belum dilantik selama berbulan-bulan pasca dilakukannya pemilihan, ini akan berdampak pada pelaksanaan aktivitas ormawa artinya pejabat kampus yang membidangi kemahasiswa belum pro aktif terhadap keberlangsungan demokarasi mahasiswa di kampus”.

Kita mendorong kampus UIN-SU melalui Rektor untuk juga memperhatikan problem internal jangan hanya fokus pada eksternal dengan upaya sosialisi dan menjalin kerjasama, bukan berarti dua aspek eksternal ini tidak penting tetapi apa gunanya kalau kondisi internal kita masih kacau ini akan memperlambat tercapainya tujuan Rektor. (Rel)

KOMENTAR ANDA

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.